FOKUSMETRO.COM – Peristiwa pemukulan terhadap Presiden BEM Ichsan Gorontalo oleh oknum aparat kepolisian menuai kecaman keras dari Presiden Persatuan Pelajar mahasiswa Indonesia Sulawesi Tengah di Gorontalo (PPMI SULTENG) . Tindakan represif tersebut dinilai sebagai bentuk nyata kemunduran demokrasi dan pelecehan terhadap kebebasan berekspresi di negeri ini.
Suara mahasiswa yang seharusnya menjadi napas demokrasi, kini terengah di bawah tekanan kekuasaan yang takut pada kebenaran. Peristiwa pemukulan terhadap Presiden BEM Ichsan Gorontalo bukan sekadar tindak kekerasan—ia adalah cermin retak dari kebebasan berpendapat di negeri ini.
Aktivis muda yang lantang menyuarakan keresahan rakyat, justru dibalas dengan tindakan represif. Ironi yang menyesakkan: ketika keberanian untuk bicara dianggap ancaman, dan idealisme dijawab dengan intimidasi.
Sungguh disayangkan, ketika menyampaikan kebenaran diperlakukan layaknya dosa. Tapi sejarah telah membuktikan—semakin ditekan, mahasiswa tak akan diam. Tekanan hanya melahirkan perlawanan yang lebih teguh terhadap ketidakadilan.
Aksi yang semula lahir dari semangat kritik konstruktif kini berubah menjadi kisah getir tentang betapa rapuhnya demokrasi kita. Padahal, mahasiswa bukan musuh negara. Mereka adalah penjaga nurani bangsa—yang berani berkata “tidak” ketika yang lain memilih diam.
Kami menanti langkah tegas aparat kepolisian Gorontalo untuk menegakkan keadilan tanpa pandang bulu. Jangan hanya gagah di hadapan rakyat kecil, namun ciut di depan kekuasaan.
Saatnya seluruh elemen mahasiswa dan masyarakat bersatu, mengawal kasus ini hingga terang. Karena ketika satu suara dibungkam, sejatinya kebebasan kita semua sedang dilukai.
