Menjaga Marwah Kepolisian: Ketegasan Harus Jadi Nafas Penegakan Disiplin di Jalan Raya
Oleh : Majid Mustaki (Aktivis Gorontalo)
Keberadaan aparat kepolisian, khususnya satuan lalu lintas, sejatinya merupakan wajah pertama negara di mata masyarakat. Di jalan raya, polisi bukan sekadar penegak aturan, tetapi juga simbol keadilan, ketertiban, dan keteladanan. Namun di sisi lain, sorotan publik terhadap perilaku aparat juga tak pernah surut — sebab sedikit saja penyimpangan yang terjadi, dapat merusak kepercayaan yang dibangun bertahun-tahun.
Sebagai aktivis, saya memandang bahwa isu integritas aparat di lapangan bukan lagi persoalan kecil. Ia menyentuh jantung dari makna penegakan hukum itu sendiri. Ketika ada oknum yang bermain di luar koridor aturan, maka yang tercoreng bukan hanya individu, tapi marwah institusi kepolisian secara keseluruhan. Karena itu, tindakan tegas dan cepat dari pimpinan adalah harga mati untuk menjaga wibawa dan kepercayaan publik.
Kasat Lantas Polres Gorontalo Kota perlu memastikan bahwa setiap anggotanya bekerja dengan menjunjung tinggi prinsip profesionalitas dan etika pelayanan publik. Polisi tidak boleh dilihat sebagai pihak yang menakutkan, tetapi sebagai mitra masyarakat yang hadir untuk menegakkan aturan secara adil dan manusiawi.
Dalam konteks penindakan pelanggaran lalu lintas, saya meyakini bahwa keadilan dapat ditegakkan tanpa intimidasi, tanpa negosiasi, dan tanpa pungutan di luar ketentuan. Proses hukum yang transparan dan sistem tilang resmi sudah cukup menjadi sarana pembinaan bagi masyarakat yang melanggar. Jika pengendara bersalah, biarlah ia menanggung konsekuensi sesuai hukum. Tapi jika aparat yang melanggar, maka hukum juga harus berlaku sama. Tidak boleh ada ruang kompromi untuk pelanggaran etika.
Langkah ke depan, pengawasan internal harus diperkuat. Kepemimpinan yang tegas perlu diiringi dengan pembinaan moral, peningkatan kesejahteraan, dan sistem pelaporan publik yang terbuka. Dengan demikian, aparat yang bekerja dengan jujur dan disiplin akan terlindungi, sementara yang mencoba bermain curang akan terdeteksi sejak dini.
Kita semua tentu ingin melihat kepolisian yang dipercaya rakyatnya — bukan karena rasa takut, melainkan karena rasa hormat. Dan kepercayaan itu hanya bisa tumbuh jika setiap tindakan aparat mencerminkan nilai keadilan, bukan kepentingan pribadi.
Pada akhirnya, menegakkan disiplin di tubuh kepolisian bukan sekadar menegur yang salah, tapi juga memuliakan yang benar. Polisi yang bersih adalah benteng terakhir keadilan di tengah masyarakat.
“Karena ketika hukum dijalankan dengan hati nurani dan ketegasan, maka masyarakat tidak hanya patuh, tapi juga percaya. Dan di situlah sejatinya kehormatan polisi ditemukan — bukan di seragamnya, tapi di integritasnya.”
